Mari kawan, sini duduk sebentar aku ceritakan kisah tentang seorang gadis manis yang disia-siakan. Senja namanya. Dia bukanlah gadis yang dimakan usia. Senja cuma seorang gadis yang salah melangkah karena tak punya titian di hari itu.
Tamparan hidup setiap hari, hentakannya sampai ke ulu hati. Adalah Senja, gadis periang itu kini sulit menemukan cerianya. Jikapun tertawa, Senja tetap redup, tak terlihat lagi rona pipinya yang berbaur warna kulitnya yang khas. Senja sudah berbeda. Tak lama lagi Senja akan tenggelam.
Padahal kawan, dia cuma gadis kecil yang ingin dibelai dengan sayang. Karena pinta Senja cukup sederhana. Cuma ingin bahagia. Itu saja.
Tapi Senja tak mengerti, hanya karena dia salah memilih sekali namun sakitnya tak pernah berhenti. Seperti kelamnya bayangan, sakit itu Senja rasa tak bertepi. Senja letih kawan. Mengutuk takdirpun Senja tak bisa, karena Senja telah memilih di jalan yang terjal. Dia tahu suatu hari akan terjatuh kemudian terluka. Tapi Senja lupa, luka bukan cuma karena ada darah, tapi ada jiwa yang tersandera.
Kawan, hari demi hari Senja seperti dimakan penyesalan, ditelan keganasan dan perlahan dibunuh ketakutan. Ketakutan yang ia pilih sendiri hari itu. Hari disangka akan bahagia, namun awal dari bencana. Senja salah memilih manusia untuk dicinta.
Senja duduk sore itu di pinggir dinding kamar. Nelangsanya terbang ingin mencapai nirwana, seperti ingin mengadukan kisah dan siksa kepada yang mau mendengar di atas sana. Menit demi menit ia lewati dengan kebisuan, tak satupun yang menjawab resah kesah pilu kisahnya. Senja hanya berbicara dengan angan yang kosong, karena pintu telah tertutup untuk Senja. Senja kini merasa sendiri.
Senja takut. Senja kalut. Sudah tak ada lagi sisa di tubuhnya yang tak berbekas luka atas keganasan lelaki. Kadang ia memilih untuk mati.
Tubuh sempurna pemberian Illahi itu bagaikan sansak hidup yang bebas dihantam kapanpun. Kasihan Senja. Hanya karena salah memilih pria dia setiap hari harus menahan siksa.
Senja sadar, luka menganga di pipi bekas siksaan tadi malam adalah buah dari salahnya ia menilai manusia. Hantaman sekeras palu godam yang kerap Senja terima, selalu didalih atas nama cinta. Apakah cinta memang harus membuat luka? Jika iya, mungkin Senja adalah wanita yang penuh akan cinta. Karena bekas lukanya teramat banyak.
Kawan, suatu pagi menjelang, Senja terbangun. Dia masih terbaring di antara penyesalan-penyesalan, masih berselimut dengan kesedihan dan beralaskan kepedihan. Senja bangkit. Dia sadar ia tak bisa harus berlama terpenjara dalam sesal. Sesakit apapun besok, hari ini Senja harus melawan dengan segala sisa kekuatan, walau tak sepadan namun Senja yakin, semua memang butuh pengorbanan.
Dan siangpun berangsur datang, Senja berkata kepada dunia, bahwa hari ini dia sudah kuat. Luka itu sudah ada obat. Senja kembali bersemangat. Senja cuma meminta, hai lelaki, biarkan Senja beristirahat. Dan kami dari kejauhan menghatur doa, semoga Senja benar sadar bahwa dia bukanlah sebuah komedi putar.
Kawan, inilah kisah pilu gadis muda yang kemarin salah menetapkan hati dan naif akan lelaki. Tapi hari ini gadis muda itu pelan-pelan kami lihat menghapus sedikit demi sedikit air matanya yang nyaris habis. Dia berdiri, mengangkat sepasang tangannya yang tadi malam lunglai tak bertulang. Dia bangkit.
Itulah kisah sedih seorang gadis yang ingin ku ceritakan kepadamu kawan agar kelak jika kau bertemu Senja, pintaku, hormati dia. Karena kau tak akan menyangka siksa apa yang telah ia terima.
Selamat tidur Senja dan besok ajarkan kami bahwa kebaikan tidak perlu disuarakan, biarkan kami yang menilai.
Dan Senja, namamu adalah filosofi dari sebuah keikhlasan akan sombongnya siang yang perlahan sebenarnya mampu kau telan.
Pesan kami kepadamu Senja, sebarkan kisah hidupmu, tak perlu kau malu, jadilah sosok pejuang untuk wanita-wanita muda yang lain agar tak mudah mereka tertipu paras-paras yang menyimpan ganas di balik laras. Dan maafkan kami, hanya bisa sampai di sini.
Pai