Opinion


Sabtu, 19 Maret 2022 10:14 WIB

BI View

Puncak Marahnya Emak-Emak

Kaum emak-emak dasteran berada di urutan ketiga dari lima jenis orang yang jangan pernah diganggu kebiasaan dan kesenangannya. Membangunkan emosi emak-emak sama kadarnya dengan menyentil telinga Vladimir Putin.


Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia disibukkan dengan persoalan kelangkaan minyak goreng di pasaran yang dipicu oleh kenaikan harga komoditas secara global. 

Bukan minyaknya yang kita tunggu. Tapi reaksi emak-emak yang kita tuju. Bak angkara murka, kala kesenangan mereka masak di dapur seketika diganggu dengan tiba-tiba hilangnya minyak goreng, satu-persatu mereka bahu-membahu mengkritik pemerintah. Pemerintah jadi takut. 

Kita tahu, berbagai kebijakan, baik pengaturan batas kuota ekspor sawit , pengaturan distribusi minyak goreng hingga penindakan penimbun stok minyak goreng. Tapi apa emak-emak peduli akan itu? Oh, tidak. Mereka tak peduli. Yang mereka pahami kuali diam tak berbunyi. 

Karena kesal dengan kelangkaan minyak goreng, emak-emak ikut antri. Jika emak-emak sudah turun antri, Presiden Jokowi langsung ambil posisi: turun tangan! 

Tak seperti persoalan Bahan Bakar Minyak (BBM), kelangkaan minyak goreng ini harus cepat diatasi. Pasalnya yang harus dihadapi dalam persoalan ini adalah Ibu-ibu yang panik karena kesulitan untuk memasak. 
 

Kita ketahui, kekuatan Ibu-ibu alias 'The power of emak-emak' memang tiada duanya. Dari mengendarai motor yang seenaknya, tak terima ditilang oleh petugas, hingga membubarkan tawuran seorang diri. Bahkan di beberapa negara, ibu-ibu berdemo untuk memperjuangkan sesuatu terbukti bisa menjadi gerakan massa nan massif yang memicu perubahan positif di masyarakat. Seperti gerakan ibu di Argentina, memprotes anak-anak mereka yang hilang karena rezim politik, berhasil menggulingkan pemerintahan. 

Kita tidak bisa membayangkan apa yang terjadi jika jeritan emak-emak sudah memuncak akan kelangkaan minyak goreng ini jika tidak segera diatasi.

Tak mau hal itu terjadi, pemerintah mengadakan Rapat Terbatas (Ratas) yang dipimpin langsung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Selasa (15/03/2022) sore, di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam rapat itu, Presiden sengaja membawa sampel minyak goreng curah dan kemasan sebagai bukti keseriusan agar persoalan kelangkaan minyak goreng ini semakin berlarut-larut. 

Pemerintahpun mengeluarkan kebijakan akan menyubsidi harga minyak kelapa sawit curah sebesar Rp14.000 per liter sebagai Harga Eceran Tertinggi (HET), dan  subsidi berbasis kepada dana dari BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) serta menjamin ketersediaan di masyarakat. Dalam penditribusiannya, agar minyak goreng curah ini sampai ke masyarakat, akan dikawal oleh jajaran Kepolisian Republik Indonesia. 

Namun demikian, untuk harga minyak goreng dalam kemasan akan disesuaikan dengan nilai keekonomisannya. Hal ini akan dikhawatirkan, produsen akan lebih memilih memproduksi minyak goreng dalam kemasan. 

Kita berharap, semoga persoalan minyak goreng ini dapat segera teratasi, sehingga harga dan distribusinya dapat terkendali. Kita tidak mau melihat Ibu-ibu alias 'The Power of Emak-emak' ini bertolak pinggang seakan memarahi anak-anaknya. Dan sudah terbukti. Mereka sudah keluar dari kandang. Bak senjata nuklir yang moncongnya sudah menghadap langit. 

Penulis: ML


#Minyak Goreng
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur