"Pernikahan mengubah segalanya. Tidak ada lagi yang sama walaupun kamu bersikeras tidak akan berubah. Terkadang kamu salah memilih. Jangan menyesal,"
Ny. Hudson
Pemilik Flat Sherlock Holmes & Dr. Jhon Watson
Kutipan di atas saya ambil dari salah satu dialog film 'Sherlock' di salah satu episode, di mana suatu pagi terjadi percakapan antara Ny. Hudson dengan Dr. Jhon Watson saat Watson mengunjungi flat Ny. Hudson untuk meminta restu menikahi Mary Morstan.
Ny. Hudson sendiri adalah 'ibu kos' Sherlock Holmes dan Jhon Watson. Ia seorang janda. Dan pagi itu ia pertamakalinya menceritakan kepada Jhon Watson, siapa suaminya.
"Hubungan kami kala itu hanyalah fisik. Kami terbuai dengan kenikmatan hingga kami memutuskan menikah. Tapi setelah itu saya baru tahu ia adalah seorang kartel dan pembunuh. Pernikahan kami saat itu telah merubah segalanya. Bahkan nalarpun hilang, saya tersesat, namun, setelah suami saya dipenjara, saya merasakan ketenangan," kata Ny. Hudson.
Jujur. Saya adalah penikmat sejati film dan buku-buku Sherlock Holmes. Hampir semua buku dan filmnya telah saya nikmati.
Namun di antara seluruh film dan sekuel-sekuel yang telah tayang, ada satu episode di serial Sherlock Holmes yang menurut saya adalah episode terbaik. Episode yang seakan-akan mengembalikan Sherlock agar 'menginjak bumi' lagi. Episode yang kali ini menggambarkan sisi lemah Sherlock sebagai manusia biasa. Yakni: hati.
Ya. Episode itu adalah "The Sign Of Three" di serial 'Sherlock'.
Di episode ini jauh berbeda dengan episode lainnya. Di sini seorang Sherlock Holmes yang dikenal keras kepala, seorang sociophat, tak berperasaan dan penikmat kesendirian, untuk pertamakalinya merasakan bahwa dia ternyata manusia biasa, yang punya hati dan perasaan. Terlebih saat ia mengetahui bahwa rekannya Watson yang akan menikah, akan pelan-pelan meninggalkannya.
Terlebih di salah satu adegan di mana saat ia curhat dengan kakaknya, Mycroft Holmes, Sherlock seakan berubah menjadi anak kecil yang khawatir ditinggal pergi orang tua.
Sherlock takut ditinggalkan. Sherlock cemburu akan kehadiran Mary. Sherlock tak ingin orang yang telah menemani perjalanannya sebagai detektif harus pergi. Walaupun di episode sebelumnya Sherlock-lah yang sebetulnya meninggalkan Watson dengan konspirasi kematiannya yang diskenario oleh Mycroft, kakak sekaligus agen rahasia Kerajaan Inggris.
Episode ini sungguh berbeda. Jika di episode sebelumnya sangat penuh dengan teka-teki atas 'manipulasi' kematian Sherlock sehingga saya harus berulangkali mengernyitkan dahi karena kebingungan dengan plotnya, di episode "The Sign Of Three" justru seakan membuat diri terbawa ke suasana film.
Entah penulisnya yang hebat, atau sutradaranya yang jenius atau pemeran Sherlock di serial Netflix Original itu, Benedict Comberbatch yang benar-benar luar biasa, yang jelas episode ini mampu membuat kita sadar, sehebat-hebatnya kita, kita tetaplah manusia yang punya hati punya rasa.
Episode ini membuktikan satu hal. Bahwa kita baru akan merasakan kehilangan saat sudah tidak terlihat lagi di depan mata.
Kita akan merasa sakit setelah kita menyadari, bahwa seseorang yang terdekat kita ternyata lebih diperlukan, lebih diperhatikan oleh orang lain ketimbang apa yang telah kita perbuat.
Dan, episode ini mengajarkan kita bahwa jangan pernah menjanjikan "Saya tidak akan berubah, semua pasti akan tetap sama, kita akan tetap bersama" kepada sahabat jika kita memilih menikah. Karena setelah menikah, tidak ada yang akan pernah sama. Itu kata Ny. Hudson.
Saran saya, tontonlah episode ini. Maka anda akan berpikir dua kali untuk menjanjikan sesuatu kepada orang lain.
Penulis: PAI