Lifestyle


Minggu, 27 Februari 2022 17:13 WIB

Health

Tuberkulosis dan Covid-19, Sama?

Penularan TBC dan Covid-19 sama-sama droplet. Namun, yang menjadi pembedanya adalah pada diagnosis. Covid-19 disebabkan virus, sedangkan TBC disebabkan oleh bakteri atau kuman. Ada beberapa perbedaan lain antara TBC dan Covid-19, mulai dari gejala hingga penanganannya.

TUBERKULOSIS (TBC) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Covid-19 dan TBC merupakan pandemi pernapasan yang menular melalui percikan (droplet). Menyerang pada rentang usia yang luas, baik anak-anak, dewasa, usia lanjut dan mereka yang memiliki kondisi khusus seperti gangguan paru.

Kemudian, pada gejala yang terjadi, gejala TBC antara lain onset atau serangan kronik lebih dari 14 hari dengan gejala demam kurang dari 38°C, disertai batuk berdahak, bercak darah, sesak nafas meemberat bertahap, berat badan menurun dan berkeringat pada malam hari. 

Sedangkan gejala yang terjadi pada Covid-19 antara lain dengan gejala onset akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38°C dengan batuk kering, sesak nafas muncul segera setelah onset, nyeri sendi, flu, nyeri kepala, gangguan penciuman atau pengecapan.

Kondisi ini menyadarkan kita bahwa betapa rentannya pasien TBC yang tidak berobat dikarenakan daya tahan tubuh, dan kondisi paru-paru yang lebih rentan terinfeksi. Oleh karena itu, pengobatan rutin dan berkesinambungan serta memelihara daya tahan tubuh menjadi kunci bagi pasien TBC menghadapi kondisi saat ini. 

Disamping perbedaan gejala, antara TBC dan Covid-19 memiliki persamaan pada proses diagnosis, yakni dengan menggunakan metode Tes Cepat Molekuler (TCM), dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Namun , yang menjadi pembedanya adalah pada pengambilan sampelnya. Untuk diagnosis Covid-19 harus melalui swab, sedangkan TBC cukup dengan dahak saja.

Tetapi, pasien TBC juga harus lebih mewaspadai keadaan saat ini. Pengendalian penyakit TBC selama Pandemi Covid-19 turut mengalami beberapa hambatan, mulai dari sulitnya mengakses layanan karena adanya peralihan dari TBC menjadi layanan Covid-19, penemuan dan penanganan TBC yang terhenti, terlebih karena kekhawatiran pasien TBC serta pihak rumah sakit dalam melakukan pemeriksaan, serta kendala lain yang terjadi. 

Pada tahun 2020, terjadi peningkatan kasus TBC yang diperkirakan sekitar 845.000 estimasi kasus TBC di Indonesia. Tingginya kasus TBC di Indonesia perlu menjadi perhatian, terlebih saat ini Indonesia sedang menghadapi Pandemi Covid-19. 

Disadur dari tbindonesia.or.id, salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam penanggulangan TBC di masa pandemi Covid-19 adalah dengan menggunakan strategi Temukan-Pisahkan-Obati (TEMPO). 

Apa Itu Strategi TEMPO?

Strategi TEMPO adalah salah satu upaya pengendalian penularan TBC dengan temuukan pasien secepatnya, pisahkan secara aman, obati secara tepat. Penerapan mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar dan ideal untuk diterapkan. Dengan menggunakan strategi TEMPO akan mengurangi risiko penularan kasus TBC, dan TBC Resistant obat yang belum ditemukan. 

Untuk mencegah adanya TBC dan TBC resistant obat yang tidak terdiagnosis, dilaksanakan strategi TEMPO dengan skrining bagi semua pasien dengan gejala batuk.

Langkah-langkah Strategi TEMPO

1) Temukan pasien secepatnya

Strategi TEMPO secara khusus memanfaatkan petugas surveilans batuk untuk mengidentifikasi terduga TBC segera mencatat.

2) Pisahkan secara aman

Petugas surveilans batuk segera mengarahkan pasien batuk ke tempat khusus dengan area ventilasi yang baik, yang terpisah dari pasien lain, serta diberikan masker. Untuk alasan kesehatan masyarakat, pasien yang batuk harus didahulukan dalam antrian (prioritas).

3) Obati secara tepat

Pengobatan merupakan tindakan paling penting dalam mencegah penularan TBC kepada orang lain. Pasien TBC dengan terkonfirmasi bakteriologis, segera diobati sesuai dengan panduan nasional sehingga menjadi tidak infeksius.

Selain menggunakan Strategi TEMPO, terdapat Strategi Program Tuberkulosis Nasional tahun 2020-2024 yang terdiri dari 6 strategi yakni :

• Strategi 1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan elimneasi tuberkulosis 2030.

• Strategi 2. Peningkatan akses layanan tuberkulosis bermutu, dan berpihak pada pasien.

• Strategi 3. Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan tuberkulosis serta penegndalian infeksi.

• Strategi 4. Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana tuberkulosis.

• Strategi 5. Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multisektor lainnya dalam eliminasi tuberkulosis. 

• Strategi 6. Penguatan menajemen program melalui penguatan sistem kesehatan.

Terlepas dari strategi yang digunakan dalam penanggulangan tuberkulosis, pasien TBC harus melakukan tindakan pencegahan selama pandemi Covid-19 sebagai berikut :

1. Pasien TBC harus melakukan tindakan pencegahan seperti yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar terlindungi diri dari Covid-19 serta tetap melanjutkan pengobatan TBC sesuai anjuran.

2. Setiap pasien TBC mendapatkan masker bedah yang harus dikenakan saat pasien kontrol dan melakukan aktivitas keluar rumah.

3. Pasien TBC diharuskan untuk membatasi aktivitas di luar rumah dan melakukan upaya isolasi mandiri sesuai protokol yang dianjurkan petugas.

4. Upaya menjaga jarak dan menghindari kerumunan unyuk mengurangi penularan TBC dan Covid-19.

RGA


#TBC #Covid-19
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur