Jazz adalah barometer kebebasan bersifat universal, yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Idang Rasjidi
Maestro Jazz Indonesia
Bagi masyarakat Indonesia, musik Jazz adalah musik yang identik dengan kalangan atas yang penuh dengan keglamoran. Tak dipungkiri, karena musik Jazz yang pada awal masuk ke Indonesia mulai diperkenalkan oleh WR Supratman (pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya) melalui permainan biolanya yang tergabung dalam anggota grup musik jazz Black and White Jazz Band, dilakukan di hotel-hotel, sehingga membuat musik jazz di Indonesia menjadi musik mahal yang hanya bisa dinikmati dan dimainkan oleh kalangan elit saja.
Stigma itulah yang coba dibalik oleh mendiang maestro musik Jazz Indonesia, Idang Rasjidi. Pria kelahiran Pangkalpinang, 26 April 1958 dan bernama asli Chaidar Idang Rasjidi itu semasa hidupnya kerap memainkan musik Jazz di garasi, atau bahkan di bawah pohon sambil membawa peralatan sendiri, hingga di tepi sawah. Menurutnya, Jazz adalah barometer kebebasan bersifat universal, yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Pesan itulah yang ingin disampaikannya, sebelum menghembuskan nafas terakhir pada hari Sabtu (4/12/2021). Menurutnya mengenalkan musik jazz tidak harus di tempat yang mewah, tidak harus mengenalkan teknik-teknik yang sulit, tetapi bagaimana membuat masyarakat di semua kalangan bisa menikmatinya.
Atas kegigihannya memasyarakatkan Musik Jazz itu bersama musisi-musisi lain, kini musik Jazz bisa dinikmati semua kalangan. Dengan turunnya musik Jazz dari atas ke bawah, yang pada awalnya tak banyak yang mengenal musik jazz di Indonesia, tetapi kini setidaknya ada puluhan gelaran jazz di Indonesia.
Perjalanan Musik Jazz Idang Rasjidi
Untuk mengenang mendiang Maestro Jazz Idang Rasjidi, inilah sederet perjalanan karirnya yang menarik untuk diketahui, dilansir dari berbagai sumber.
Perjalanan Idang Rasjidi menerjuni dunia seni musik diawali ketika dirinya diajak oleh rekannya Abadi Soesman untuk tampil bermusik sebagai pemain bass dalam salahsatu acara di televisi.
Karena bakat dan kepiawaiannya bermain piano yang didapat dari sang guru Ny. Kardana, iapun dipercayai sebagai pemain keyboard di Band Abadi Soesman yang membawanya dikenal sebagai Pianis Jazz.
Bakatnya semakin terasah saat mendapat ilmu dari para senior di Ireng Maulana Associate dan bergabung dengan The Galactic yang diisi oleh musisi-musisi ternama.
Bersama Indra Lessmana yang memang seangkatan dengannya, ia membentuk sebuah grup band Indra Lesmana-Idang Rasjidi Reformation Jazz. Dan bersama deretan musisi ternama dalam The Djakarta All Stars, kerap mengisi acara di panggung jazz internasional salah satunya Area North Sea Jazz Festival, di Belanda.
Dalam grup bernama Trigonia yang memainkan genre latin fusion jazz, selain tampil dalam area North Sea Jazz Festival, juga sempat mengadakan konser tunggal di Malaysia.
Tergabung dengan beberapa Grup Band itu, Idang Rasjidi berhasil merilis beberapa Album seperti Heaven and Earth (1996), Jazzy Christmas (Victoriuos) - bersama Margie Segers (2004), Live at For Seassons (Victoriuos) (2005), Sound of Hope (2008) dan Sound of Truth (2009).
Selain tampil di acara internasional, Idang Rasjidi sebelum kepergiannya juga tak pernah absen dalam gelaran Java Jazz Festival, International Jazz Festival (Jakjazz), Ngayogjazz festival musik Jazz yang diadakan di kampung Yogyakarta, serta Jazz Gunung yang diprakarsai Djaduk Ferianto untuk mengenalkan musik Jazz agar lebih merakyat itu.
ML