Lifestyle


Jum'at, 18 Februari 2022 10:44 WIB

Health

Krisis Indentitas akibat FOMO? Ini Solusinya

Gejala ‘takut ketinggalan’ atau FOMO (Fear of Missing Out) Syndrome yang kerap menjangkiti masyarakat ini menyebabkan kondisi dimana seseorang berusaha mengejar apa yang dimiliki orang lain. Dan membandingkan kemampuan diri dengan orang lain.

Pernahkah kamu merasa gelisah dan takut ketika kamu ‘tertinggal’ dari orang lain? Mungkin kamu sedang mengidap FOMO Syndrome. 

Ketinggalan disini mengaitkan situasi dimana seseorang takut dikatakan tidak update dan merasa cemas saat ketinggalan informasi yang ada di media sosial.

Pemicu FOMO

Di era digital saat ini, media sosial adalah pemicu FOMO yang paling umum. Kenapa? Karena media sosial membuat segalanya menjadi one click away

Dalam hitungan detik, kamu bisa mendapatkan informasi secepat kilat, bahkan dari belahan dunia lain. FOMO yang kamu alami sebenarnya didasari oleh keinginan untuk diterima masyarakat. Kamu juga ingin menghindari cemoohan dari orang lain. 

Kamu takut dibilang ketinggalan zaman, katro, dan kuper kalau tidak mengikuti tren yang ada. Kamu juga ketakutan jikalau diajak ngobrol sama orang mengenai sesuatu yang hype dan kamu tidak sanggup merespon. Dan yang paling sering adalah, kepercayaan bahwa suatu peristiwa menyenangkan belum tentu terjadi dua kali seumur hidup. Mengerikan!

Meminimalkan FOMO
Sebetulnya, sebagai makhluk sosial yang memiliki hasrat untuk berbaur dan diterima sesama, maka FOMO adalah hal yang wajar.

Menurut Volkan Dogan dari University of Missouri, secara mental, FOMO dapat memicu krisis identitas dan menurunkan self-esteem seseorang.

Secara fisik, kalau FOMO sudah parah dan mood menjadi hancur, beberapa orang bisa mengalami mual, sakit kepala, tidak nafsu makan, serta sesak napas. 

Apakah kamu merasa sedang mengalami FOMO syndrome? Lakukan hal berikut untuk mengatasinya:

Ubah Mindset Dan Berpikir Positif

Kamu harus mengubah mindset dan overthinking mu ke arah yang lebih positif.
Secara tidak sadar FOMO membuat kamu suka membandingkan diri dengan orang lain. Maka dari itu, kalau pikiranmu sedang kurang jernih, biasanya kamu akan overthinking dengan keadaan dirimu dan merasa tidak lebih baik.

Misalnya, di insta story instagram orang lain mereka akan terlihat senyum dan selalu bahagia, tapi siapa sangka kalau mereka sedang mengalami hal buruk di hidupnya? Orang-orang hanya menunjukkan sisi baik dari hidupnya saja. 
Percayalah, hampir semua yang mereka tunjukkan di media sosial itu hanya ilusi semata. 

Buat Mood Journal
Menulis adalah salah satu cara paling efektif untuk melakukan refleksi diri. Kamu bisa menyalurkan pikiran dalam tulisan, kamu bisa merasionalisasikan pikiranmu kembali. Kamu jadi belajar untuk berpikir secara matang, mencari penyebab masalah sampai ke akarnya.

Rehat Sejenak Dari Media Sosial
Kalau media sosial dirasa sudah toxic untukmu, kamu bisa mencoba untuk rehat sejenak dari media sosial.

Selama kamu rehat media sosial, coba nikmati hidupmu seutuhnya, fokus dengan hal yang ada di depanmu, dan tidak memikirkan postingan teman-temanmu, dan lain-lain. Jika rehatmu sudah dirasa cukup. Kamu bisa me re-active kan kembali akunmu.


Awalnya memang terasa berat sekali, rasanya aneh disconnected dari dunia.


Tapi, setelah beberapa hari akhirnya semua itu akan menjadi normal. 

 

SBA


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur