Anomali Profesi yang awalnya diremehkan dan seringkali hanya dianggap sebagai hobi serta tidak bisa dijadikan pekerjaan tetap ini, kini justru menjadi profesi yang sangat diminati oleh kalangan muda. Penasaran?
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat perubahan sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat. Lahirnya teknologi digital yang ditandai dengan era industri 4.0, membuat banyak bidang pekerjaan atau profesi baru muncul meskipun tanpa melalui jalur pendidikan formal.
Salahsatunya adalah menjadi seorang gamers profesional. Mereka saat ini tidak lagi disepelekan, dengan penghasilan yang fantastis, orang berlomba-lomba menjadi gamers dan masuk ke dalam manajemen tim berbasis olahraga elektronik atau electronic sports (E-Sports), yang mempekerjakan gamers sebagai pekerja dengan gaji bulanan, bonus, maupun target.
Tidak hanya dari gaji bulanan yang diberikan oleh manajemen tim tempat mereka bernaung, para gamers juga memiliki kesempatan untuk mendapat hadiah turnamen, endorse produk, maupun penghasilan dari media sosial pribadi mereka masing-masing. Semakin populer, maka penghasilan merekapun akan semakin menggunung.
Dikutip dari Sindonews.com (6/8/21), menanggapi perkembangan E-Sport di Indonesia, Co-Founder & Chief Marketing Officer Manajemen EVOS Esport, sebuah tim ternama di Asia Tenggara, Michael Wijaya menjelaskan, Indonesia merupakan negara pendorong utama pertumbuhan industri E-Sport di Asia Tenggara. Dari total 274,5 juta gamers di Asia Tenggara pada 2021, Indonesia berkontribusi sekitar 43% terhadap jumlah total tersebut.
"Indonesia juga menyumbang pendapatan terbesar senilai USD 2,08 miliar dollar AS (sekitar Rp 30 triliun rupiah)," jelasnya.
Tingginya jumlah gamers dan jumlah pendapatan ini menjadi indikasi bahwa industri E-Sports memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia.
Perkembangan Teknologi Game
Profesi gamers atau atlet E-Sports tak terlepas dari perkembangan teknologi game. Dunia game saat ini memasuki dekade ke-5-nya dan masih banyak sisi-sisi dunia game yang belum terjamah, seperti virtual reality (VR).
Arcade game pertama di dunia dirilis pada tahun 1972, yaitu Pong yang membuat game tersebut menjadi legenda. Di tahun itu konsol game pertama juga telah dibuat. Bernama Magnavox Odyssey, yang bekerja sama dengan Nintendo untuk mengembangkan teknologi game lain.
Di era 1976-1980 ditandai dengan munculnya Atari 2600 memberi dampak signifikan terhadap dunia game saat itu. Sedangkan pada tahun 1981-1985 banyak game legenda diperkenalkan pada dekade ini, Nintendo juga mencetak sejarah dengan merilis konsol game pertamanya.
SEGA Genesis dengan dibarengi karakter ikoniknya, Sonic si landak hadir di era 1986-1990 dibarengi perkembangan game PC dan game handheld pertama Gameboy. Melihat pasar game yang terus berkembang, tahun 1991-1995 Sony pun mengeluarkan konsol gamenya PlayStation yang menjadi konsol terfavorit.
Tahun 1996-2000 game online mulai diperkenalkan dan di tahun 2001-2005 PlayStation 2 masuk ke pasar, bersaing dengan Nintendo yang tetap terus berinovasi. Era ini juga memperkenalkan dua hal baru yaitu dengan kehadiran Steam dan Xbox, konsol yang diproduksi oleh Microsoft.
Pada era 2006-2010 orang lebih menggandrungi game interaktif. Hadirnya Wii dan game bernama Rock Band membuat orang-orang menginginkan kegiatan yang lebih aktif. Minecraft juga hadir di 2010 dan membuat viral dunia internet.
Pada tahun 2010-2020 dunia game sudah lebih canggih. Perkembangan game didukung dengan perkembangan teknologi lainnya, seperti sistem yang lebih canggih dan teknologi internet yang semakin luas menjangkau daerah-daerah terpencil. Kehadiran smartphone membuat perkembangan mobile game begitu pesat, karena praktis dan mudah dibawa kemana-mana.
Kebijakan Orang Tua Arahkan Anak Menjadi seorang Gamers
Saat ini sebagai orang tua tidak bisa melarang anak-anak untuk tidak larut dalam perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini memaksa orang tua juga harus ikut melek teknologi dan internet.
Dibutuhkan kebijakan orang tua yang harus turut ikut mendampingi, mengawasi dan mengarahkan anaknya agar selektif dalam pemanfaatan teknologi ini.
Seperti halnya dengan bermain game online, jika diatur dengan baik dengan memperhatikan antara waktu bermain dan belajar, tidak menutup kemungkinan seorang anak bisa menjadi gamers profesional.
Pemerintah juga ikut andil dalamg pengawasan game online ini. Seperti yang dilakukan oleh China melalui Administrasi Pers dan Publikasi Nasional (NPAA) yang membatasi remaja berusia di bawah 18 tahun untuk bermain game online.
Nah sekarang, apakah anda ingin menjadi gamers profesional???
ML