3 Tahun Pertanian Babel, Sampai Mana?
Dalam dunia pertanian, tidak ada salahnya Indonesia meniru apa yang dilakukan oleh Thailand. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita mengakui jika Thailand memiliki hasil pertanian khususnya produk pangan yang berkualitas.
Kita mengenal produk pangan yang berkualitas baik rupa maupun rasa yang kerap diberi julukan 'Bangkok'. Misalnya, jambu bangkok, ayam bangkok dan sebagainya.
Itu bukan tanpa alasan. Sebagai Ibu Kota Negara Thailand, Bangkok menjadi terkenal karena hasil pertanian yang berkualitas super. Saya mengalami sendiri saat berlibur ke Bangkok, jambu biji yang dijual di kaki lima memiliki rasanya sangat memuaskan dan tidak tanggung-tanggung ukurannya jugas besar, jenis buah seperti itu sulit kita ditemui di Indonesia.
Mengapa Demikian?
Thailand ternyata memang salah satu negara di Asia Tenggara yang begitu fokus pada pertaniannya. Sektor ini digiring pemerintah dengan baik. Seperti yang tercatat di situs m.sariagri.id, Pemerintah di Thailand bertugas menyediakan saprodi (sarana produksi pertanian) berupa pupuk, kredit, dan insektisida berbagai macam, bahkan menganggarkan dana besar untuk penelitian pertanian. Pemerintah tidak campur tangan soal urusan harga.
Menurut pakar pertanian Universitas Padjajaran (UNPAD) Prof Benny Joy seperti dikutip dari m.sariagri.id, petani di Negeri 'Gajah Putih' memiliki kewenangan untuk menentukan harga jual komoditasnya.
"Sekarang kan semua yang bangkok kan kualitasnya bagus harganya mahal. Saya dapat informasi begini, di Thailand itu petani yang menentukan harga. Kalau di kita kan ada koperasi BUD, KUD. Misalnya, untuk menjaga kestabilan harga dan produksi melimpah. Kalau di sana dimusnahkan, digiling sehingga supply demand-nya stabil," ujarnya.
Pertanian di Thailand menjadi perhatian dunia termasuk Indonesia. Dalam kerjasama IMT-GT (Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle) sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang dikerjasamakan untuk dikembangkan bersama.
Industri Karet dan Kelapa Sawit Termasuk di Dalamnya
Secara keseluruhan Indonesia sendiri, sektor Pertanian merupakan salah satu sektor kunci perekonomian Indonesia. Pada triwulan ke dua tahun 2020, kita tahu Indonesia juga dilanda pandemi Covid-19, tapi kinerja sektor ini malah tumbuh dan mampu menyokong angka perekonomian Indonesia di masa ini. Bahkan pada masa pandemi, Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo, pernah mengatakan bahwa sektor pertanian menjadi penopang ekonomi Indonesia. Karena terus dapat beraktivitas dibanding bisnis, perdagangan, industri, dan sebagainya.
Bagaimana dengan Kepulauan Bangka Belitung?
Sebagai salah satu provinsi yang baru beranjak dewasa, Kepulauan Bangka Belitung (Babel) juga miliki potensi komoditi kelapa sawit dan karet. Sejak lama korporasi perkebunan kelapa sawit berdiri di Babel, juga menyokong angka ekspor nasional. Perkebunan karet dari pertanian masyarakat juga terbilang stabil, walau tersendat karena harga yang naik turun tidak tetap, membuat petani mulai lesu. Mungkin karena kurang perhatian dari pemerintah dalam mengontrol perkembangan komoditi ini.
Berkaca dari Thailand, Pemerintah Babel 3 tahun terakhir nampaknya bersemangat mengembangkan pertanian dan potensi alam. Kerjasama IMT-GT yang jelas membicarakan sektor pertanian dalam pertemuan ke-23 yang diselenggarakan di Babel termasuk di dalamnya adalah kerjasama pertanian tiga negara ini. (sumber: babelprov.go.id). Dalam kurun waktu tersebut, beberapa hal nyata dilakukan Pemerintah Babel dari hulu hingga ke hilir.
Apa Saja?
Pertama, Balai Benih milik Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel menyediakan benih-benih berkualitas.
Karena benih yang baik menjamin 50 persen keberhasilan tanaman. Tidak hanya fokus pada sawit yang telah disiapkan bibit unggul dari kerjasama yang dijalin antara pemerintah dan korporasi sawit di Babel, demikian pula dilakukan juga pada komoditi Lada. Demi mengembalikan kejayaan Lada Babel, Bibit lada diteliti bersama ahli-ahli pertanian dari universitas ternama di Indonesia, seperti Universitas Gajah Mada.
Tahun 2021 ini, porang dan jahe merah sedang naik daun, dua komoditi tersebut dianggap kekurangan suplai di dunia. Nah, peluang ini diambil oleh Babel untuk dikembangkan sejak akhir tahun 2020. Struktur tanah di Babel pun cocok untuk budi daya komoditi porang dan jahe merah sehingga Balai Benih Babel menyiapkan bibit unggul.
Kedua, tepat jenis, dosis, waktu, pengaplikasian dan cara penggunaaan pupuk.
Setelah benih dipilih sesuai kriteria kualitas, benih bagus saja tidak cukup, jika penggunaan pupuk tidak diperhatikan. Ketepatan penggunaan pupuk juga menjadi perhatian Pemerintah Babel. Melalui PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) mengajarkan cara yang tepat memperlakukan jenis tanaman, pupuk, dan pola perawatannya yang digiring dengan teliti.
Ketiga, peran penting air.
Proses fotosintesis dan olah tubuh tanaman sangat membutuhkan air. Kebutuhan air tiap tanaman tentu berbeda-beda. Sebagai contoh, pertanian padi di Babel sudah mulai dilakukan dengan sistem irigasi yang memanfaatkan aliran sungai besar. Dibuat melalui program pemerintah yang dikerjasamakan dengan program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa). Selain itu, sawah ‘minapadi’ (budi daya padi bersama ikan) juga mulai digunakan beberapa petani untuk menjaga kestabilan ekosistem yang terbentuk dibudi daya model ini.
Keempat, teknologi.
Seruan penggunaan teknologi juga dilakukan Pemerintah Babel. Masyarakat digiring untuk mulai meninggalkan pola konvensional. Selain tidak mengeluarkan biaya tinggi dalam produksinya, juga tidak lagi memakan waktu lama dan menghindari berpotensi gagal dari proses penanaman hingga masa panen. Dukungan penggunaan teknologi tidak hanya diserukan Pemerintah Babel, tetapi dukungan nyata melalui program Pemerintah Pusat yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat digunakan masyarakat petani untuk melengkapi kebutuhan teknologinya.
Dianjurkan pemanfaatan program ini atas nama kelompok tani, dengan maksud kebutuhan dukungan teknologi untuk mendapat dukungan KUR dan lebih ringan dalam perkreditannya.
Sejak kepemimpinan Gubernur Erzaldi Rosman, perlu diakui bahwa di Bangka Belitung sektor pertanian mulai membaik. Sejak lama perkebunan korporasi di Babel berdiri, pada era Gubernur Erzaldi, efek langsung terhadap masyarakat mulai ditata melalui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Salah satunya, program CSR yang diharuskan untuk disepakati bersama pemerintah agar dapat dialirkan tepat sasaran, seperti diperuntukkan bagi para petani di Babel dalam pengembangan pertanian.
Untuk masyarakat petani, beberapa program juga disiapkan, sektor pertanian mulai menjadi perhatian khusus bukan hanya agar pertanian Babel eksis, tapi juga mampu meningkatkan taraf hidup petani dan menjadi penyumbang naiknya angka pertanian Indonesia.
Bahkan dalam kunjungan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo ke Babel di tahun 2020 lalu, ia mengatakan Babel mendapatkan dukungan dari Pemerintah Pusat untuk menjadi salah satu lumbung padi nasional. Beranjak dari pertanian padi masyarakat yang mendapat dukungan pemerintah, artinya potensi Babel mampu miliki ketahanan pangan lokal bahkan menopang ketahanan pangan nasional.
Dilaporkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Babel, Juaidi kepada pengurus website babelprov.go.id bahwa, potensi persawahan padi di Pulau Bangka memiliki total luasan sebanyak 22.402 hektar. 14.000 hektar di antaranya berada di Kabupaten Bangka Selatan.
"Ini adalah berkah Bangka Selatan yang harus dikelola dengan tepat, empat kunci keberhasilan pertanian di Babel akan diterapkan salahsatunya pada komoditi padi," ungkapnya.
Sejauh ini, KPB (Kantor Pemasaran Bersama) Muntok White Pepper sudah menggunakan buku putih, yang mengatur Indikator Geografis (IG) untuk mengunci pemasaran Lada Babel di pasar dunia. Kembalinya kejayaan Lada Babel sudah dimulai dari ciri khusus komoditi lada asal Babel agar dunia kembali mengingat bahwa rempah yang satu ini berasal dari pulau kecil di Indonesia.
Melalui KPB, Lada Babel sudah diekspor langsung dari pelabuhan Babel ke luar negeri, seperti Jepang.
Puluhan komoditi lainnya akan menyusul menjadi produk ekspor dari Babel selama pemerintah, petani, pelaku usaha, dan stake holder lainnya saling berkolaborasi, meningkatkan kualitas produksi.(*)
Penulis: Nona Dp
Subscribe Kategori Ini