Di Balik Kenikmatan Secangkir Kopi
Di balik kenikmatan secangkir kopi, ada sebuah perjalanan panjang yang layak kita ketahui. Indonesia dikenal sebagai salah satu penghasil kopi terbaik dunia. Sejak 3.000 tahun yang lalu, seorang pengembala kambing di dataran Afrika, negeri Ethiopia, melihat kambing-kambingnya memakan beberapa biji buah menyerupai beri di pepohonan dan melihat mereka tetap aktif serta terjaga berkat buah tersebut.
Berawal dari situlah, sang pengembala mencoba untuk mengolah biji kopi tersebut, memakannya dan akhirnya mendapatkan manfaat yang sama seperti yang dirasakan oleh kambing-kambingnya tersebut. Itulah awalnya kopi dikenal sebagai makanan yang bermanfaat untuk menambah energi dan mengusir rasa kantuk. Hingga 500 tahun kemudian, alat penghancur dan pengolah biji kopi ditemukan serta menjadi awal mula kopi dinikmati sebagai minuman hingga saat ini.
Kopi dalam bahasa Arab disebut “qahwah” yang memiliki arti “kekuatan”. Kata qahwah ini kemudian berubah dalam berbagai bahasa menjadi “qahveh” (Turki), “koffie” (Belanda), “coffee” (Inggris), dan “kopi” (Indonesia). Dalam istilah masyarakat Hadrami atau Arab Yaman disebut qohwa, namun bila dilisankan mereka senang menyebutnya dengan nama "gahwa".
Dalam kebudayaan masyarakat Arab, khusus untuk orang Yaman (Hadrami), kita akan menemukan catatan sejarah yang menarik. Konon, walaupun biji kopi dikatakan ditemukan di Ethiopia (Abessyenia), namun budi daya biji kopi dalam perkebunan luas ada di daerah Yaman, setidaknya sejak abad ke-6 Masehi. Dalam tradisi lisan masyarakat Hadramaut, kopi ditemukan oleh As-Syaikh Ali bin Umar Asy-Syazili atau yang lebih dikenal dengan Syekh Asy-Syazili saja, seorang wali yang makamnya dianggap keramat di Mocha. Menurut As-Syaikh Najm al-Ghazy yang mula-mula menjadikan biji kopi sebagai bahan campuran minuman adalah Asy-Syaikh Abu Bakr bin Abdillah as-Sadzily yang juga dikenal dengan julukan al-Aydrus. Itulah sebabnya terkadang bila meminum kopi, orang Arab di Hadramaut senang mengenangnya, karena sang Syaikh dianggap orang yang menemukan cita rasa kopi sebagai sebuah minuman.
Kopi kemudian menjadi minuman penting, setelah orang Arab menemukan cara yang pas untuk menyajikannya. Bisa dikatakan, orang Arab-lah yang merevolusi cara menyajikan dan menikmati kopi. Sebelumnya kopi dinikmati tidak dengan cara diseduh untuk minuman, melainkan dimakan dengan cara dibungkus dengan lemak binatang.
Ada semacam tradisi unik di kalangan masyarakat Hadramaut tempo dulu. Di sana, kopi biasanya dinikmati di antara dua waktu makan. Biasanya bila seorang hendak berkunjung ke rumah salah seorang sahabat atau bila ada tamu yang datang, maka diadatkan untuk membawa beberapa biji kopi di dalam sorban atau dalam radi. Sang tuan rumah akan mengumpulkan biji-biji kopi tersebut, untuk dinikmati bersama.
Tak butuh waktu yang lama, kopi akhirnya menjadi semacam minuman kesukaan orang Islam. Konon di mana ada agama Islam disebarkan baik di wilayah Turki, negara-negara Balkan, Spanyol, maupun Afrika Utara dan Asia, kopi juga ikut tersebar. Sehingga sempat timbul semacam mitos bahwa kopi itu minumannya orang muslim. Dari kebiasaan minum kopi beberapa komunitas tarekat di Yaman sejak pertengahan abad ke-14, beberapa orde sufi menyajikan hidangan minuman kopi terbaik untuk menarik jamaah mendatangi diskusi-diskusi yang mereka selenggarakan di malam hari. Para pelancong dan pendatang asing yang datang ke Yaman atau mampir di kota itu untuk perjalanan haji, tertarik dengan kebiasaan itu. Mereka akhirnya ikut berpartisipasi untuk menyediakan jenis-jenis kopi terbaik dari segala penjuru, dan memperkenalkan cara-cara baru memasak kopi. Terus saja, budaya minum kopi mengalami inovasi sehingga secara perlahan-lahan menjadi alternatif terhadap kebiasaan minum khamr yang belum sepenuhnya lenyap di kalangan masyarakat Arab. Inovasi-inovasi kegiatan ngopi ini juga akhirnya menciptakan komunitas yang mengasyikkan, menjelang salat malam berjamaah.
Suatu saat, ketika jamaahnya datang ke Makkah di musim haji dan mempraktikkan kebiasaan baru ini, minuman kopi menjadi makin terkenal, meski sempat menimbulkan kontroversi ketika Gubernur Makkah melarangnya dengan alasan-alasan politis.
Sang gubernur takjub sekaligus curiga, orang-orang yang berkumpul minum kopi bersama-sama sambil mendiskusikan banyak hal itu bisa menimbulkan persekongkolan untuk menggulingkan kekuasaan. Gubernur melaporkan perkumpulan kopi itu kepada Sultan Mamluk di Kairo. Isu minum kopi menjadi isu yang panas. Melalui perdebatan panjang yang melibatkan pakar-pakar fiqh, hakim/qadi, para dokter, dan pemimpin-pemimpin politik di seluruh dunia muslim, minum kopi akhirnya bukan hanya dianggap halal tetapi justru dianjurkan karena dinilai bermanfaat untuk pencerahan spiritual melalui jalan “markaha,” yakni persekutuan deliberatif untuk berkumpul dan berbicara tentang kebaikan dalam persaudaraan dan persahabatan.
Fatwa halal kopi membuat kota-kota muslim pada tahun 1453, seperti untuk pertama kali Turki dengan membuka kedai kopi bernama Qahveh dan kedainya disebut Kiva Han. Kemudian menyusul Konstantinopel, Baghdad, dan beberapa kota di India dan Iran menyediakan kafe-kafe publik perhelatan kopi. Para Sultan juga mulai tergila-gila pada kopi sebagai minuman bergengsi. Di istana-istana mereka dibuat tempat khusus untuk minum kopi.
Lama berkembang di beberapa negara Afrika, Arab hingga Eropa dan Amerika, kopi kemudian merambah ke negara - negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Kopi di Indonesia
Kopi mulai dibawa ke Indonesia pada abad ke 17 oleh Belanda yang pada saat itu tengah menjajah Indonesia. Wajar, karena di negaranya, kopi sangat sulit dikembangkan karena faktor cuaca yang kurang mendukung.
Bibit kopi pertama di Indonesia dikirim oleh Gubernur Belanda di Malabar, India yakni berjenis arabika yang berasal dari Yaman. Bibit kopi itu dikirim kepada Gubernur Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1696. Namun sayang, bibit itu gagal tumbuh akibat banjir di Batavia.
Barulah di tahun 1711, kopi berhasil ditanam dan diekspor dari Jawa ke Eropa melalui perusahaan dagang Belanda, VOC (Verininging Oogst Indies Company). Selama 10 tahun, budi daya kopi di Batavia terus berkembang pesat dan berhasil memberikan keuntungan yang sangat besar bagi Belanda.
Setelah sukses di Batavia, Belanda kemudian memperluas produksi kopinya di beberapa daerah di Indonesia, seperti di daerah Preanger, Jawa Barat, Sumatera Utara, Aceh, Bali, Sulawesi, hingga Papua. Hampir semua kopi Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi dengan tingkat kesuburan tanah dan cuaca yang baik. Itulah kenapa, hasil kopi di Indonesia berhasil menciptakan berbagai jenis kopi nusantara berkualitas terbaik dan menjadi favorit di dunia.
Pascakemerdekaan di tahun 1945, bekas-bekas perkebunan kopi milik Belanda itupun kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah. Sehingga, Indonesia secara berdaulat memiliki kendali penuh untuk menghasilkan dan mengekspor kopi di beberapa negara di dunia. Termasuk Coffindo, yang saat ini memiliki perkebunan kopi milik swasta terluas di Indonesia, yakni sekitar 3.412 hektar.
Adapun beberapa jenis kopi Indonesia yang kini dikenal sebagai Indonesia Specialty Coffee (Kopi Khas Nusantara) di antaranya adalah kopi aceh gayo, kopi sumatra Mandheling, kopi lintong, kopi kalosi toraja, kopi lampung, kopi kintamani bali, kopi jawa preanger, dan kopi papua. Selain itu, Indonesia juga memiliki kopi luwak yang dikenal sebagai kopi termahal di dunia.
Kopi Menurut Ahli Kesehatan Modern
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard Women’s Health, minum kopi beberapa cangkir setiap hari dapat menghindarkan kita dari penyakit diabetes tipe 2, kanker usus besar, parkinson, batu ginjal, hingga sirosis alias rusaknya fungsi hati, serta menghindarkan kita dari menurunnya daya kognitif otak.
Sebagaimana telah diketahui, zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%, sedangkan pada teh 1-4,8%. Kafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin.
Minum kopi dalam jumlah yang cukup atau sedang tidak akan membahayakan, bahkan akan bermanfaat bagi kesehatan. Jumlah yang boleh dikonsumsi adalah 300 mg kafein atau setara dengan 3 cangkir kopi per hari. Kecanduan terhadap kafein diperkirakan jika mengkonsumsi lebih dari 600 mg kafein atau setara dengan 5-6 cangkir kopi per hari selama 8-15 hari berturut-turut. Sedangkan dosis yang dapat berakibat fatal bagi manusia adalah sekitar 10 gram kafein atau 20-50 cangkir per hari.
Subscribe Kategori Ini