Lifestyle


Selasa, 30 Maret 2021 18:18 WIB

Hari Film Nasional, Yuk Cari Tahu Manfaat Menonton Film

Tahukah kalian, salah satu keputusan konferensi kerja Dewan Film Indonesia dengan organisasi perfilman pada 11 oktober 1962 adalah, menetapkan hari shooting pertama dalam pembuatan film nasional yang pertama The Long March sebagai Hari Film Nasional Indonesia. Sejak saat itu, 30 maret, dianggap sebagai Hari Film Nasional. Usmar Ismail dari Persatuan Film Nasional Indonesia (Perfini) dan Djamaludin Malik dari rumah produksi Persatuan Artis Indonesia (Persari) diangkat sebagai Bapak Perfilman Nasional. Sudah 71 tahun perfilman Indonesia mengalami pasang surut dalam ceritanya. 
Bagaimana dengan tahun ini? 

Menonton film terkadang menjadi hiburan tersendiri bagi setiap orang, mencari genre film yang sesuai, kemudian pergi bersama sahabat atau  pasangan, menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Namun karena adanya Covid-19 setiap orang memiliki ketakutan tersendiri untuk kembali datang ke bioskop dan memilih untuk menonton film dengan aplikasi film yang sedang marak. Terlepas dari itu, semua penonton film ternyata tidak sekedar untuk membunuh waktu luang saja, ternyata banyak manfaat dari kegiatan satu ini. 

Film membantu kita untuk belajar

Adrian Danks, Dosen dan Dekan di School of Media and Communication di RMIT University mengatakan bahwa kita dapat mempelajari banyak hal dalam momen-momen tertentu dan beberapa sudut pandang dalam momen-momen tersebut. Dengan kata lain, film membantu kita untuk dapat berpikir logis tentang hidup, tergantung dari kapan momen itu berlangsung dalam set tersebut. 

Banyak yang merepresentasikan film menjadi salah satu alat untuk dapat menyuarakan isu-isu politik, ini tak hanya terjadi di Indonesia saja. Hal-hal seperti ini sudah banyak terjadi di banyak di negara lain, memberikan pandangan atau keinginan untuk menyuarakan hal-hal yang di anggap esensial melalui visual yang indah. 

Film dapat membawa perubahan sosial 

Film selalu menginspirasi perubahan sosial dikarenakan kemampuan film untuk mengajarkan dan menggambarkan pengalaman dengan sudut pandang yang berbeda, mengisyaratkan empati, dan menimbulkan pertanyaan bermuatan politik dari setiap penontonnya. 

Beberapa film Indonesia, seperti Gie, Kartini, Susi Susanti Love All dan masih banyak lagi film yang menghadirkan sebuah sudut pandang di banyak bidang, sejarah olahraga, seni, kesehatan dan lainnya. Dengan menonton film, kita seolah di bawa masuk ke dalam alam fikiran dan sudut pandang sang penulis.

Film membantu proses pelajaran hidup yang sulit 
 
Dr. Danks mengatakan, membantu melepaskan kepenatan atau stres merupakan fungsi utama dalam sebuah film. Selain untuk menghibur dan mempengaruhi penonton dalam jumlah yang besar, film yang berkaitan langsung dengan masalah hidup sebagian besar orang, dapat mempengaruhi orang lain dalam mengambil keputusan.  

Jillian Lynch, seorang psikoterapis yang berada di Sydney, yang menyelesaikan S3 nya dengan fokus kepada cinematherapy mengatakan, film dapat memberikan kesempatan kepada penonton untuk mengenal dirinya sendiri dalam sebuah karakter dan dalam beberapa narasi bagian film untuk melakukan perubahan. 

Menurutnya, latihan untuk mengunakan film sebagai terapi psikologis, dalam praktek klinis sebagai tambahan terapi (sebuah terapi yang dilakukan jika seseorang membeli tiket untuk menonton sebuah komedi dan mendapatkan perasaan senang dan lega atau menonton cerita cinta yang tragis supaya dapat menangis ketika sedang putus cinta).

Dengan kata lain, film dapat menjadi “jarak aman“ di mana kita dapat menemukan alternatif model peran yang bisa kita identifikasi dan observasi apakah mereka memiliki karakter yang sama dengan kita dan bagaimana cara mereka mengatasi masalah tersebut.

Film sebagai eksperimen sosial 

Menonton film, membuat kita harus mempersiapkan diri untuk pergi ke bioskop. Terkadang bersama-sama dengan pasangan, sahabat maupun keluarga, kebersamaan menonton film dapat membuat kita memilki topik diskusi mengenai berbagai sudut pandang dalam film tersebut. Tak hanya itu saja, ketika kita membaca banyak ulasan, atau film tersebut menjadi trending topik di beberapa media, kita merasa mengerti dengan topik yang dibicarakan. Terkadang, ketika menemukan banyak orang yang baru kita kenal, film menjadi sebuah topik hangat yang bisa merekatkan hubungan satu dan lainnya. 

Film membantu kita mengapresiasi karya seni 

Menonton film merupakan perpaduan dari menikmati indahnya beragam karya, cerita dari sang penulis yang luar biasa, permainan peran aktris dan aktor yang membuat kita tertawa, ataupun membuat mata berkaca-kaca, indahnya sinematografi dari berbagai nuansa, bahkan menonton film menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan ragam kuliner, budaya lokal, kekayaan alam, dan lainnya. Perpaduan seperti ini tentu saja menumbuhkan rasa bangga dan membuat kita mengapresiasi hasil karya seniman-seniman yang ada di Indonesia dengan semua inspirasi filmya .

Di era pandemi seperti ini, tentu saja sangat berpengaruh terhadap kondisi perfilman di Indonesia. Banyaknya bioskop yang menunda penanyangan dan produksi film, proses syuting dengan penerapan protokol kesehatan dan banyak hal lainnya. Namun mulai awal tahun ini, bioskop sudah kembali dibuka dan mulai bermunculan film yang dapat kita nikmati disana. Mungkin sedikit berbeda karena banyaknya aturan yang harus dipatuhi, namun kenapa tidak untuk dicoba. Sebagai tanda kembali bangkitnya perfilman di Indonesia setelah corona, kembali menikmati film Indonesia favorit kita, sebagai apresiasi dan bentuk cinta. Selamat Hari Perfilman Nasional.

Penulis : Gusti Neka

#
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur