SEBUAH gol terjadi di menit 51. Dunia terhentak. Berulangkali cuplikan gol itu diputar, malah semakin membuat dunia kebingungan; gol itu tidak sah!
Ya. Sebuah gol "Tangan Tuhan" terjadi tanggal 22 Juni tahun 1986 di Estadio Azteca, Mexico City saat Argentina bersua Inggris pada Piala Dunia 1986, tepatnya di perempat final.
Waktu itu gocekan Diego Maradona melewati 5 pemain Inggris lalu diumpan sampai bola melambung ke atas. Maradona pun menyambut dengan tangannya. Saat itulah bola masuk ke
gawang Inggris. Gol ini terjadi di menit 51'. Sayangnya, teknologi saat itu belum secanggih sekarang, sehingga kurang terlihat dengan jelas. Wasit asal Tunisia saat itu, Ali Bin Nasser, mensahkan gol meski beberapa pemain Inggris memprotes masalah ini.
Dan dia sendiri mengaku bangga pernah membantu Diego Maradona mencetak gol "Tangan Tuhan" pada laga perempat final Piala Dunia 1986. Walaupun akhirnya 19 tahun kemudian, Maradona mengakui gol "Tangan Tuhan"-nya itu.
Dalam satu kesempatan wawancara dengan BBC Sport, Maradona yang sudah meninggal dunia 25 November 2020 akibat serangan jantung itu menjelaskan kronologisnya.
"Itu tangan saya, dengan ini saya tidak bermaksud untuk tidak menghormati fans Inggris, tetapi itu yang terjadi," kata Maradona, dikutip dari BBC Sports.
"Kami pernah melakukan ini. Saya sebelumnya pernah mencetak gol dengan tangan untuk Argentina. Ketika itu (kontra Inggris) saya tidak bisa mencapai bola, sedangkan Shilton (kiper Inggris) sudah ada di sana, jadi saya tidak bisa menahannya," imbuh Maradona.
"Saya menggerakkan kepala ke belakang, dan saya mulai berlari (merayakan gol) karena Shilton tidak menyadarinya. Orang yang memberitahunya adalah bek, dia adalah orang yang melihat tangan saya." "Ketika saya melihat hakim garis berlari, saya berlari sambil berteriak, 'Gol'. Saya melihat ke belakang untuk melihat apakah wasit memutuskan gol, dan dia melakukannya!" tutur Maradona menjelaskan.
Lebih lanjut, Maradona mengatakan bahwa gol "Tangan Tuhan" bukanlah suatu kecurangan. "Saya tidak berpikir itu curang. Saya percaya hanya tipu daya. Mungkin kami memiliki lebih banyak momen seperti itu di Amerika Selatan ketimbang di Eropa, tetapi itu tidak curang," tegas Maradona.
Banyak yang menyayangkan, bagaimana jika saat itu teknologi sudah hebat seperti sekarang. Andaikata saat kejadian tersebut sudah ada teknologi yang bernama VAR (video assistant refere), tentu Maradona hanyalah Maradona yang 'cuma' pandai gocek bola. Bukan Maradona yang punya "Tangan Tuhan".
Itulah gunanya sejarah. Ada sekelumit bagian yang memang tak bisa semerta-merta harus dihapus. Karena sejarah adalah bagian kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Akan banyak perdebatan, adu argumen, suka bahkan lukanya duka jika membait mengenai sejarah dan masa lampau. Itu jua alasan kenapa manusia diberikan ruang untuk mengenang, namun tak bisa membuang, karena sejarah mungkin saja bisa terulang.
Biarkan sejarah tetap pada tempatnya. Berikan sampul terbaik untuk dia, bukalah sesekali hanya untuk melihat sejauh apa sejarah telah membentuk rasa, namun bukan untuk dirangkai jadi bait cerita. Sejarah tak perlu diubah, namun tetap bisa digugah. Ingat, ada sejarah (kelam) yang bisa terulang jika tak pandai mengurai sulam.
Penulis: PAI