Minggu, 28 Maret 2021 09:15 WIB

Gaslighting : Ketika Manipulasi Manghapus Realita

Sebagai seorang anak, aku berada di dunia yang mana tidak ada kenyamanan emosional. Banyak orang mengatakan bahwa aku memiliki masa kecil yang bahagia, namun aku tidak bersyukur untuk itu. Apa yang aku keluhkan? fakta yang  aku temukan  membuatku  tidak nyaman dan  semua perasaan itu tentu saja ada penyebabnya. Hal ini dimulai dari ketika aku menyaksikan orang tua yang bertengkar, atau menerima perlakukan yang tidak menyenangkan dan ketika aku menanyakan kepada ibuku tentang kebenaran, ibuku menyangkal. Kenyataan yang ada dalam pikiranku ditolak dan ibuku menegaskan bahwa pertanyaan semacam ini hanya akan memicu konflik. Aku diberi pemahaman, apapun yang aku lihat dengan mata kepala sendiri, itu tidak pernah terjadi .

Ketika aku meminta penjelasan kepada ibuku tentang hal yang sudah dia ungkapkan, dan lakukan. Dia akan berkata bahwa aku hanya mengarang cerita, dan cerita ini hanya kebohongan belaka. Bahkan ketika aku menghadirkan bukti-bukti yang nyata, mereka menyingkirkannya. Sehingga bukan hanya kebenaran dalam pikiranku saja yang mereka sangkal, tapi persepsiku tentang sebuah kebenaran dikubur oleh mereka. 

Seperti yang tertulis dalam riwayat hidupku, An Abbreviated Life (Sebuah Kehidupan Yang Singkat), hal ini bukanlah ledakan yang paling besar atau yang paling menakutkan yang menyebabkan banyak kerusakan. Ini bukanlah kekerasan secara fisik ataupun kata-kata, juga kurangnya batasan, atau prilaku yang tidak pantas. Yang menjadi bahaya besar sebenarnya ketika penyangkalan bahwa peristiwa tersebut memang terjadi. 

Penghapusan sebuah pelecehan, lebih buruk dari pada pelacehan itu sendiri 
Ketika usiaku di pertengahan 30, aku bertemu dengan seseorag yang mengenaliku ketika masih anak anak, “Bukankah kamu anak dari Bapak dan Ibu A?”. Aku mengangguk. Beliau adalah salah seorang tamu yang pernah diundang ketika Ibuku mengadakan pesta di rumah. Setelah aku pamit dia bekata “Saya selalu bertanya-tanya, bagaimana kamu  dapat bertahan di dalam rumah itu. Saya berpikir bahwa kamu akan bunuh diri atau dibunuh “. 

Ketika aku mendengar yang dikatakannya. Aku merasakan sebuah validasi atau kebenaran yang dulu penah aku rasakan. Kemudian aku tetap mengingat apa yang dia ucapkan untuk beberapa alasan. Seseorang di luar sana mengobservasi apa yang terjadi padaku, dan mengetahuinya sebagai saksiku , untuk dapat mengkonfirmasi kebenaran yang  ku tahu.

Salah satu yang paling berbahaya pada gaslighting adalah penyangkalan terhadap kebenaran. Penyangkalan terhadap apa yang kalian lihat dan apa yang kalian alami namun hal tersebut diketahui sebagai kebenaran.  Ini terdengar seperti kita yang merasa ‘gila’ tapi kenyataanya kita  tidak ‘gila’. 

Dr. Robin Stren, Direktur Asosiasi Kecerdasan Emosional Yale dan penulis The Gaslight Effect mengatakan bahwa, “Ketika orang dilecehkan terdapat tanda yang sangat jelas, misalnya seseorang yang terkena pukulan, sangat mudah untuk melihat dan mengerti mengapa dia merasakan sakit. Namun ketika seseorang memanipulasi kalian, dan membuat kalian berpikir atau menebak-nebak kebenaran dan akhirnya memutarbalikan keadaan bahwa kalian adalah pihak yang harus disalahkan”. 

Untuk mengilustrasikan ini ada contoh yang mudah dimengerti. Ada seorang teman selalu datang terlambat ke kantor. Kemudian kita mengingatkan bahwa, dia harus lebih menghormati teman-teman lain yang datang tepat waktu, namun dia berkilah “Kamu terlalu sensitif soal ini”. Ketika kebiasaan itu semakin menjadi-jadi, dan kita kembali mengingatkan,  dia  justru berkata “Sepertinya kamu yang memiliki masalah soal waktu“. Akhirnya, hal tersebut membuat kita  meragukan kebenaran argumen kita, dan mulai berfikir “Sepertinya dia benar, apa masalahnya jika seseorang terlambat, mungkin saya yang kurang fleksibel soal waktu“. 

Ini yang dimaksud dengan efek dari gaslighting. Kejadian terus menerus yang membuat kita juga dapat menyakini bahwa mungkin dia benar. Ketika seseorang mencoba untuk gaslighting, hal tersebut tidak akan terjadi jika kita tidak mengizinkannya. 

Ini bagian yang sulit dalam gaslighting, ketika ada seseorang yang memilki kekuatan atau kekuasaan yang lebih, seseorang yang kalian hormati dan kagumi, termasuk di dalamnya hubungan yang saling ketergantungan (pernikahan/percintaan) terlebih ketika rasa takut kehilangan terhadap seseorang terlalu besar. Eksistensi dari orang tersebut lebih dominan, sehingga desakan mereka bahwa realitas mereka adalah kenyataan sering menyebakan kita ragu tentang kebenaran yang sebenarnya. 

“Kita hidup di mana banyak orang memilki waktu yang sulit untuk memutuskan apa yang  nyata atau apakah perasaan mereka sedang dimanipulasi,“ ujar Stren. “Jika mereka mengetahui kenyataan yang sebenarnya dan seseorang mengatakan itu tidak benar, maka bertahanlah pada keyakinan kalian. Kalian tidak bisa di gaslighting jika kalian tetap berada pada kebenaran yang kalian yakini  dan mengenali ciri ciri manipulasi ketika itu terjadi “ 

Ada beberapa strategi yang dapat membantu kita untuk bertahan dalam kondisi ini. 

Teguh Berpendirian 
Ketika aku kecil sekitar umur 5 atau 6 tahun, aku menulis sebuah cerita tentang ibuku yang melarikan diri dari rumah, ketika ibuku membaca tulisan itu dan menyuruhku mengubahnya, ibuku berkata “Kenapa menulis cerita seperti itu? Ini bukan Ibu kan?”. Ibuku tahu ini cerita tentang dirinya pada masa-masa yang sulit di rumah itu. Aku menolak untuk mengubah ceritaku. Berpendirian teguh adalah kunci. Aku mempercayai kebenaran akan ceritaku. Aku tidak membiarkannya diubah sesuai dengan permintaan. Keteguhan dan kemarahan ini  ternyata melindungiku. Karena aku tahu apa yang aku tahu dan kebenaran itu tidak dapat dihapuskan. Memilki pendirian yang teguh dalam hal ini tidak membuatku dalam posisi yang sulit. ini membuatku lebih tangguh. 

Tidak Akan Ada Rasa Tanggung Jawab 
Seseorang yang melakukan gaslighting tidak akan pernah dapat melihat sudut pandang orang lain atau bertanggung jawab atas tidakan yang dibuatnya. Mereka tidak akan mengerti, dan tidak mungkin berkata “ Kamu memang benar, saya mengerti apa maksudmu”. 

Pengakuan bahwa mereka melakukan kesalahan tidak akan pernah terjadi. Serta, mempertegas kebenaran kepada mereka bukan hanya tidak ada gunanya tetapi juga berbahaya. Karena seseorang yang melakukan gaslighting tidak akan mampu untuk merespon secara logika dan nalar. Sehingga kalian harus menjadi orang pertama yang menyadari bahwa logika dan nalar ini tidak bisa diterapkan pada  gaslighter. 

Lupakan Harapan Bahwa Mereka Akan Mengerti Perbedaan
Harapan bahwa mereka akan mengerti maksud kalian dapat mendorong kalian dalam keributan/permasalahan. Membiarkan kalian untuk terus percaya bahwa logika dan nalar akan menang, percaya bahwa pelaku akan berubah dan ingin memastikan bahwa pendapat kalian masuk akal. Tapi mereka tidak akan percaya. Jika  ingin merasa aman. kalian harus melepaskan pengharapan itu  karena pendapatmu tidak akan masuk di akalnya dan juga tidak akan pernah di dengar. 

Ketika dapat mengembangkan mekanisme pengulangan tertentu, selalu ada harga yang harus dibayar, perilaku adaptif saat kecil menjadi maladaptif saat dewasa, sehingga membentuk sikap tidak mempercayai siapapun dan selalu membutuhkan verifikasi.  

Menjadi sesorang yang sangat waspada tentang penjelasan, tidak ada tempat untuk kesalahpahaman. Tidak ada ruang untuk kesalahan, membuat kita membutuhkan kepastian di dunia yang serba tidak pasti ini, namun tentu saja selalu ada cara untuk mendapatkan keseimbangan. 

Melepaskan diri dari gaslighting bukan berarti menjadi terlalu objektif, namun kita dapat membedakan antara pemikiran gaslighther dengan kenyataan yang sebenarnya. 

“Seseorang dapat mencoba menyalahkan kita, dan saat kita dapat mengidentifikasi apa yang terjadi sebenarnya kalian dapat menghentikan itu dan mencoba kembali logis,” ujar Stren. Dirinya menemukan fakta bahwa banyak orang yang menyerah akan kebenaran yang mereka  percaya dikarenakan untuk menjaga hubungan baik di antaranya. 
Menurutnya ada beberapa tanda yang berbeda untuk mengetahui ketika gaslighting terjadi pada kita. kamu kan merasa bingung dan "gila", kamu selalu meminta maaf tanpa tahu kamu salah atau benar, berpikir apakah dirimu cukup baik, tidak mengerti mengapa kamu merasa buruk dan sedih sepanjang waktu, kamu mengetahui ada sesuatu yang salah, namun tidak tahu dimana letak kesalahannya. ketika kalian mengatakan sesuatu dan gaslighter mengatakan hal yang berbeda. Kamu tidak dapat memastikan yang mana yang benar. 

Sebuah tips yang dapat kalian lakukan jika ini terjadi yakni dengan menuliskan semua poin percakapan yang telah dilakukan. Sewaktu kalian tidak dipenuhi dengan rasa emosi, dan dapat berpikir dengan rasional, baca kembali catatan itu dan coba temukan di mana letak kesalahannya. 

Journalist dan Penulis.buku An Abbriviated Life

#
Bagikan :

Subscribe Kategori Ini
Most Populer
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur