Culture


Selasa, 05 Oktober 2021 14:19 WIB

Film

The Daughter of The War (2017), Cinta Tanpa Syarat Ayla Dan Suleyman yang Tak Pernah Berakhir

Aku akan kembali dan takkan terpisahkan.

Suleyman
Seorang Ayah berjuang untuk anaknya

Penikmat film di Indonesia dibuat haru dan tersentuh dengan cuplikan film Ayla The Daughter of The War, Sebuah film yang diangkat dari kisah nyata dan muncul di salah satu media sosial. 

Film ini bukanlah film baru melainkan produksi pada tahun 2017 lalu.

Film asal Turki yang memiliki rating 97% di Netflix ini kembali viral dan menghanyutkan perasaan bagi siapa saja yang menontonnya.

Sebuah kisah nyata yang menyentuh hati tentang seorang tentara dari Turki dan gadis kecil dari Korea Selatan, diangkat menjadi film dengan judul Ayla The Daughter of War.

Disutradarai oleh Can Ulkay. Kisah ini terkenal baik di Korea Selatan maupun di Turki, dan diceritakan dalam dokumenter Korea Selatan 2010, Kore Ayla, yang mengilhami film ini. Selama waktu berjalan 124 menit, skenario layar tajam dimainkan oleh Yigit Guralp yang tidak akan pernah membiarkan mata Anda bergerak satu inci pun.

Film ini bergenre perang dan drama. Perang selalu menciptakan pengalaman yang menghancurkan, yang pernah dialami umat manusia. Tapi ada pepatah dari filsuf Romawi terkenal Seneca, 'Di mana ada manusia, di situ ada peluang kebaikan.' Memang, film ini adalah penggambaran yang sempurna dari pemikiran itu.

Ceritanya bermain di sekitar era Perang Korea antara tahun 1950-1953, adegan dibuka dengan seorang gadis kecil yang terpaksa harus kehilangan kedua orang tuanya akibat perang. Yang menyedihkan  adalah gadis itu baru saja dibuatkan sepeda kayu yang cantik oleh ayahnya. Namun sayangnya, sepeda indah tersebut terpaksa lenyap dilindas sebuah tank tempur.

PBB datang untuk membantu Korea Selatan agar tidak diserang oleh Korea Utara. Salah satu negara yang mengirimkan banyak tentara adalah Turki. Sebuah brigade Turki dikirim ke sana, salah satu tentaranya adalah Sersan Süleyman Dilbirligi, berusia 25 tahun. Saat Suleyman mendapat tugas ke Korea Selatan, muncul konflik batin disini, dimana pacar Suleyman merelakan pacarnya bertugas dengan syarat Suleyman harus selalu berkirim kabar. Kekhawatiran ini terjadi karena banyak diketahui bahwa banyak tentara yang tidak selamat setelah bertugas. 

Ketika menjalankan tugas di medan perang, banyak peristiwa mengejutkan yang dialami Suleyman dan rekan-rekannya. Suatu ketika, mereka mengendai mobil untuk pergi ke suatu tempat dan terdapat serangan yang mengintai mereka. Di hutan yang gelap di malam hari itulah Suleyman menemukan gadis kecil yang menangis diantara tumpukan mayat korban perang, gadis kecil itu sedang memegang erat tangan ibunya yang sudah meninggal.

Di tengah perang, tidak mungkin menemukan keluarga anak itu sehingga mereka membawanya ke kamp dan memberinya nama Turki Ayla. Süleyman memberikan nama tersebut karena wajah Ayla yang bulat dan bersinar seperti bulan. 

Segera, Ayla menjadi apel mata semua orang yang tinggal di kamp tentara. Dia mulai memanggil Suleyman Baba, yang merupakan panggilan seorang ayah di Turki, dan rekan-rekannya yang lain menjadi pamannya. Begitulah kisah cinta dermawan yang bonafid dimulai. Meskipun Suleyman bukan ayah kandungnya meskipun kasih sayangnya terhadapnya lebih dari itu.

Menjadi simbol terpenting seorang ayah, Suleyman merawat Ayla selama 15 bulan. Tiba saatnya Süleyman kembali ke Turki dan dia merasa berat untuk meninggalkan Ayla. Mereka terikat satu sama lain. Süleyman mencoba meninggalkan Ayla di Sekolah Ankara tetapi akhirnya mencoba membawa Ayla kembali ke Turki dengan kopernya - misinya gagal. Suleyman harus meninggalkan Ayla sendirian. 

Terjebak di labirin ini, apakah Suleyman bisa bertemu kembali dengan Ayla? Berapa lama mereka harus menunggu satu sama lain? Untuk mengetahui jawabannya kita perlu menonton film itu. Memang, itu adalah contoh sejati cinta, kebaikan, dan kemanusiaan.

Meskipun keji karena menciptakan kekejaman yang tidak menguntungkan, terkadang perang melahirkan sifat manusia yang altruistik. Film ini tidak berbeda dengan itu. Tugas prajurit tidak selalu mengambil nyawa di medan perang, terkadang tugas penyelamatan menjadi lebih mendesak. 

Namun demikian, film berikut menggambarkan kedekatan yang kuat antara ayah dan anak-anak secara menyedihkan. Misalnya, dalam film Train to Busan (2016), di mana seorang ayah berlari di seluruh film untuk melindungi putrinya dari zombie. Demikian pula, di sini, protagonis berlari untuk menyelamatkan kekasihnya. Bukan hanya tentang melindungi kehidupan anak, paruh kedua film menggambarkan skenario antisipasi.

 SAB


Subscribe Kategori Ini
Pangkalpinang Bangka Selatan Bangka Induk Bangka Barat Bangka Tengah Belitung Belitung Timur